World

IFAB Pertimbangkan Batasi Taktik Lemparan ke Dalam

International Football Association Board (IFAB). (Grafis: Skor.id) Grafis: Skor.id

SKOR.id - Tren lemparan ke dalam jarak jauh (long throw) yang kembali populer di sepak bola modern bisa segera menghadapi pembatasan baru. 

Menurut laporan The Guardian, Badan pembuat aturan sepak bola dunia, IFAB (International Football Association Board), dikabarkan tengah mempertimbangkan aturan waktu maksimal untuk melakukan lemparan ke dalam demi menjaga tempo permainan.

Langkah ini muncul setelah lonjakan taktik lemparan jauh di Premier League musim ini, di mana banyak tim menggunakan momen lemparan ke dalam seperti situasi bola mati — lengkap dengan pemain tinggi di kotak penalti, dan pelatih lemparan khusus di tepi lapangan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Namun, strategi tersebut mulai menimbulkan keluhan. Selain dianggap memperlambat permainan, waktu efektif bola di lapangan (ball-in-play time) juga menurun drastis.

Maka itu, muncul wacana pembatasan waktu pemain sebelum melakukan lemparan ke dalam.

Aturannya bisa mirip seperti batas delapan detik untuk penjaga gawang memegang bola yang diberlakukan musim ini. Jika seorang pemain melanggar waktu yang ditetapkan, tim lawan bisa diberikan lemparan ke dalam atau bahkan tendangan bebas tidak langsung.

Meski belum disahkan, pembahasan ini dilaporkan sudah masuk tahap serius dan bisa diuji coba di beberapa kompetisi tahun depan.

Dalam satu dekade terakhir, lemparan jauh sempat menghilang, tapi kini kembali menjadi senjata mematikan bagi tim-tim Premier League seperti Luton Town, Nottingham Forest, dan Brentford.
Dengan pemain seperti Ben Tozer atau Mads Bech Sørensen, bola bisa dilempar ke dalam kotak penalti sejauh 30–40 meter — menciptakan situasi berbahaya layaknya sepak pojok.

Namun akibatnya, pemain sering butuh waktu lama menyiapkan lemparan: Menyeka bola dengan handuk, mengambil ancang-ancang jauh, hingga menunggu rekan di kotak penalti. Semua itu membuat ritme pertandingan melambat dan waktu efektif permainan berkurang.

IFAB menilai pembatasan waktu lemparan ke dalam akan mendorong tempo permainan lebih cepat dan mengurangi time-wasting. Tujuannya sederhana: menjaga intensitas dan meningkatkan nilai hiburan pertandingan.

Selain wacana soal lemparan ke dalam, IFAB juga tengah meninjau ulang aturan VAR untuk kartu kuning kedua. 

Dalam pertemuan baru-baru ini, IFAB sepakat bahwa VAR akan diizinkan untuk melakukan intervensi dalam kasus kartu kuning kedua yang keliru, dengan target agar aturan baru ini sudah bisa diterapkan pada Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko musim panas mendatang.

Menurut laporan The Sun, para petinggi sepak bola menyetujui bahwa ofisial VAR harus diberi wewenang untuk campur tangan ketika seorang pemain menerima kartu kuning kedua secara tidak tepat.

Usulan resmi untuk mengubah aturan ini akan diajukan pada Rapat Bisnis Tahunan IFAB di Heathrow, Januari mendatang, sebelum disahkan lagi dalam Rapat Umum Tahunan di Cardiff pada Februari. Jika lolos, perubahan ini akan mulai berlaku per 1 Juli 2026.

Diketahui bahwa FIFA, yang memiliki empat dari delapan hak suara di dalam IFAB, ingin mempercepat penerapan aturan baru ini agar bisa digunakan sebelum Piala Dunia dimulai pada 11 Juni.

Perubahan ini akan menjadi langkah besar dalam evolusi VAR, yang saat ini hanya diizinkan ikut campur untuk insiden penting seperti gol, penalti, dan kartu merah langsung.


Sumber: skor.id